TEORI
ILMU POLITIK
TEORI
PILIHAN RASIONAL
DI
SUSUN OLEH : JUJUN TRIUS (1627020054)
DOSEN PEMBIMBING :ALVA
BERLIANSYAH,S.IP,M.IP
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN
ILMU POLITIK
TAHUN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori pilihan rasional, kadang disebut teori pilihan atau
teori tindakan rasional, adalah kerangka pemikiran untuk memahami dan merancang
model perilaku sosial dan ekonomi. Asumsi dasar teori pilihan rasional
adalah seluruh perilaku sosial disebabkan oleh perilaku individu yang masing-masing
membuat keputusannya sendiri. Teori ini berfokus pada penentu pilihan individu (individualisme
metodologis).
Dalam teori pilihan rasional, individu didorong oleh keinginan atau tujuan yang mengungkapkan “preferensi”.
"mereka bertindak dengan spesifik, mengingat kendala dan atas dasar
informasi yang mereka miliki tentang kondisi di mana mereka bertindak. paling
sederhana, hubungan antara preferensi dan kendala dapat dilihat dalam
istilah-istilah teknis yang murni dari hubungan dari sebuah sarana untuk
mencapai tujuan. karena tidak mungkin bagi individu untuk mencapai semua dari
berbagai hal-hal yang mereka inginkan, mereka juga harus membuat pilihan dalam
kaitannya dengan tujuan mereka berdua dan sarana untuk mencapai tujuan-tuuan
ini. Teori pilihan rasional berpendapat bahwa individu harus mengantisipasi
hasil alternatif tindakan dan menghitung bahwa yang terbaik untuk mereka.
rasional individu memilih alternatif yang akan memberi mereka kepuasan
terbesar.
RUANG LINGKUP MASALAH
Masalah yang akan diuraikan mencakup :
a. Apa itu Teori
Pilihan Rasional?
b. landasan teori pilihan rasional
c. teori pilihan rasional coleman
d. Contoh Kasus teori pilihan rasional
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.aPENGERTIAN
TEORI PILIHAN RASIONAL
Pilihan rasional adalah teori ekonomi
Neo Klasik yang diterapkan pada sektor publik. Dia mencoba membangun jembatan
antar ekonomi mikro dan politik dengan melihat tindakan warga negara, politisi,
dan pelayan publik sebagai analogi terhadap kepentingan pribadi produsen dan
konsumen (Buchanan 1972).
Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) sering
pula disebut sebagai teori tindakan rasional (Rational Action Theory) Teori ini
pada awalnya berpengaruh kuat pada analisis-analisis ekonomi, tetapi kemudian
diadopsi pula oleh sosiologi, psikologi, dan ilmu politik bahkan ilmu
humaniora. Meskipun teori pilihan rasional ini awalnya berakar pada sosiologi
Max Weber, tetapi di dalam sosiologi populer sekitar tahun 1990-an, mulai masuk
ke dalam Asosiasi Sosiologi Amerika setelah munculnya penerbitan Jurnal
Rationality and Society pada tahun 1989 dan berdirinya Seksi Pilihan Rational
(Rational Choice Section) pada tahun 1994 di negara tersebut.
Dalam penggolongan Poloma (2000) Teori Pilihan Rasional
ada pada pespektif sosiologi naturalistik, yaitu bagian penggunaan matematika
dalam teori sosiologi; sedangkan di dalam penggolongan Haralambos dan Holborn
(2000: 1031-1079) tidak dimasukkan, baik pada perspektif struktural, tindakan
sosial maupun pada penyatuan pendekatan struktural dan tindakan sosial. Sumber
lain menyebutkan bahwa, teori pilihan rasional memang masuk ke dalam kelompok
teori sosiologi naturalistik. Akan tetapi, teori ini memiliki kesempatan dalam
sosiologi evaluatif, karena dapat digunakan untuk pengukuran pengambilan
kebijakan.
2.1.b TEORI PILIHAN RASIONAL COLEMAN
Coleman berpendapat bahwa sosiologi
harus memusatkan perhatian pada sistem sosial, tetapi fenomena makro tersebut
harus dijelaskan oleh factor-faktor internal kepada mereka, secara prototipikal
individual. Dia menyukai bekerja di tingkat ini karena beberapa alasan,
termasuk fakta bahwa data biasanya dikumpulkan pada tingkat individu dan
kemudian dikumpulkan atau disusun untuk menghasilkan tingkat system itu. Di
antara alasan-alasan lain untuk mendukung fokus pada tingkat individu adalah
bahwa ini adalah tempat dimana "intervensi" biasa dilakukan untuk
menciptakan perubahan-perubahan sosial. Sebagaimana akan kita lihat, pusat dari
perspektif Coleman adalah gagasan bahwa teori sosial tidak hanya merupakan
latihan akademis tetapi harus mempengaruhi dunia sosial melalui
"intervensi" semacam itu.
Mengingat fokus pada individu, Coleman
mengakui bahwa ia adalah seorang individualismetodologis, meskipun ia melihat
perspektif tertentu sebagai varian "khusus" dari orientasi itu.
Pandangannya adalah khusus dalam arti bahwa ia menerima ide kemunculan dan
bahwa meskipun berfokus pada factor-faktor internal pada system itu,
faktor-faktor tersebut belum tentu tindakan dan orientasi individu.
Sebagai ahli teori pilihan rasional, Coleman memulai dengan individu dan gagasan bahwa semua hak dan sumber daya ada pada tingkat ini. Kepentingan individu menentukan jalannya peristiwa. Namun, hal ini tidak benar, terutama dalam masyarakat modern, dimana "sebagian besar hak-hak dan sumber daya, dan oleh karena itu kedaulatan, mungkin berada di aktor korporasi". (Coleman, 1990:531). Dalam aktor perusahaan dunia modern telah mengambil kepentingan yang meningkat. Aktor korporasi dapat bertindak kepada manfaat atau kerugian individu.
Dasar untuk semua bentuk teori pilihan
rasional adalah asumsi bahwa fenomena sosial yang kompleks dapat dijelaskan
dalam kerangka dasar tindakan individu di mana mereka tersusun. Sudut pandang
ini, yang disebut metodologi individualisme, menyatakan bahwa:'Unit elementer
kehidupan sosial adalah tindakan individu. Untuk menjelaskan lembaga sosial dan
perubahan sosial adalah untuk menunjukkan bagaimana mereka timbul sebagai akibat
dari aksi dan interaksi individu.
Teori-teori ekonomi telah prihatin dengan cara-cara
produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa adalah uang yang
diselenggarakan melalui mekanisme pasar, teori pilihan rasional berpendapat
bahwa prinsip-prinsip umum yang sama dapat digunakan untuk memahami interaksi
di mana sumber daya seperti waktu, informasi, persetujuan, dan prestise yang
terlibat.
Dalam teori pilihan rasional, individu didorong oleh
keinginan atau tujuan yang mengungkapkan 'preferensi'. Mereka bertindak dengan
spesifik, mengingat kendala dan atas dasar informasi yang mereka miliki tentang
kondisi di mana mereka bertindak. Paling sederhana, hubungan antara preferensi
dan kendala dapat dilihat dalam istilah-istilah teknis yang murni dari hubungan
dari sebuah sarana untuk mencapai tujuan. Karena tidak mungkin bagi individu
untuk mencapai semua dari berbagai hal-hal yang mereka inginkan, mereka juga
harus membuat pilihan dalam kaitannya dengan tujuan mereka berdua dan sarana
untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Teori pilihan rasional berpendapat bahwa
individu harus mengantisipasi hasil alternatif tindakan dan menghitung bahwa
yang terbaik untuk mereka. Rasional individu memilih alternatif yang akan
memberi mereka kepuasan terbesar.
Individualisme metodologis teori pilihan rasional membuat
mereka mulai keluar dari tindakan-tindakan individu dan untuk melihat semua
fenomena sosial lainnya untuk direduksi tindakan individu tersebut. Namun bagi
Homans, itu juga perlu untuk melihat tindakan individu sebagai reduksi
sebagai tanggapan psikologis. Posisi ini dibenarkan dengan alasan bahwa
prinsip-prinsip pilihan rasional dan pertukaran sosial hanyalah ekspresi dari
prinsip-prinsip dasar perilaku psikologi. Sementara banyak ahli teori pilihan
rasional lainnya telah menolak klaim ini dan Homans sendiri datang
menganggap kurang penting.
Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor
dimana aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai
maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk
mencapai tujuan tersebut, aktor pun dipandang mempunyai pilihan atau nilai
serta keperluan.
2.1.d. KRITIK TEORI PILIHAN RASIONAL
Meskipun keseimbangan yang tampak ini, paling tidak ada tiga kelemahan utama dalam
pendekatan Coleman. Pertama, dia menyelaraskan prioritas yang besar sekali
kepada issue mikro-ke-makro, dengan demikian memberikan sedikit perhatian pada
hubungan lainnya. Kedua, ia mengabaikan issue/masalah makro-makro. Akhirnya,
panah-panah lepasnya hanya masuk dalam satu arah, dengan kata lain, ia
mengabaikan hubungan dialektis antara dan di antara fenomena mikro dan makro.
Menggunakan pendekatan pilihan rasional-nya, Coleman menjelaskan serangkaian fenomena tingkat makro. Posisi dasarnya adalah bahwa para teoretikus perlu menjaga konsepsi aktor mereka agar tetap konstan dan bangkit dari citra variatif konstanta mikro dari fenomena tingkat makro. Dengan cara ini, perbedaan dalam fenomena makro bisa dilacak ke arah struktur yang berbeda dari hubungan di tingkat makro dan bukan kepada variasi pada tingkat mikro. norma-norma rasionalitas yang ideal tidak cocok dengan kehidupan sehari-hari dan norma-norma rasionalitas dan emosionalitas yang mengatur kegiatan aktual dari interaksi individu. Teori pilihan rasional telah membatasi kepentingan untuk teori sosial kontemporer. Skema kehidupan kelompoknya dan gambarnya atas manusia, tindakan, interaksi, diri, gender, emosionalitas, kekuatan, bahasa, ekonomi politik terhadap kehidupan sehari-hari, dan sejarah, adalah yang amat sempit dan benar-benar tidak memadai untuk tujuan interpretatif.
Sebagian besar yang beroperasi dari perspektif penafsiran yang luas akan menerima kritikkuatnya Denzin tentang teori pilihan rasional.
Akhirnya, walaupun banyak kritik lain dapat digambarkan, kita dapat menyebutkan argumen Smelser (1992) yang seperti perspektif teori lain, teori pilihan rasional telah merosot sebagai akibat dari evolusi internal atau tanggapan atas kritik eksternal. (Smelser, 1992:400).
Menggunakan pendekatan pilihan rasional-nya, Coleman menjelaskan serangkaian fenomena tingkat makro. Posisi dasarnya adalah bahwa para teoretikus perlu menjaga konsepsi aktor mereka agar tetap konstan dan bangkit dari citra variatif konstanta mikro dari fenomena tingkat makro. Dengan cara ini, perbedaan dalam fenomena makro bisa dilacak ke arah struktur yang berbeda dari hubungan di tingkat makro dan bukan kepada variasi pada tingkat mikro. norma-norma rasionalitas yang ideal tidak cocok dengan kehidupan sehari-hari dan norma-norma rasionalitas dan emosionalitas yang mengatur kegiatan aktual dari interaksi individu. Teori pilihan rasional telah membatasi kepentingan untuk teori sosial kontemporer. Skema kehidupan kelompoknya dan gambarnya atas manusia, tindakan, interaksi, diri, gender, emosionalitas, kekuatan, bahasa, ekonomi politik terhadap kehidupan sehari-hari, dan sejarah, adalah yang amat sempit dan benar-benar tidak memadai untuk tujuan interpretatif.
Sebagian besar yang beroperasi dari perspektif penafsiran yang luas akan menerima kritikkuatnya Denzin tentang teori pilihan rasional.
Akhirnya, walaupun banyak kritik lain dapat digambarkan, kita dapat menyebutkan argumen Smelser (1992) yang seperti perspektif teori lain, teori pilihan rasional telah merosot sebagai akibat dari evolusi internal atau tanggapan atas kritik eksternal. (Smelser, 1992:400).
Misalnya dalam
menaikkan harga BBM di kala harga minyak dunia semakin melambung akibat adanya
ketegangan geo-politik antara Amerika dan Iran di teluk. Opsi kenaikan harga
BBM akan menyebabkan subsidi ikut naik sehingga memotong subsidi dianggap
sebagai pilihan rasional dalam menghadapi permasalahan naiknya harga minyak
dunia tersebut. Namun apakah rasionalitas tersebut kemudian tidak memperhatikan
dampak sosial yang lain? Bisa kita lihat, harga BBM yang masih direncanakan
akan naik per 1 April 2015 itu sudah
membawa ketidak-kondusifan dalam masyarakat. Banyak harga bahan pokok yang
sudah naik duluan bahkan di beberapa tempat harga BBM sengaja dinaikkan dengan
alasan kelangkaan. Berbagai kekacauan akibat demonstrasi massa penolakan
kenaikan harga BBM juga menjadi pemandangan yang akrab dilihat oleh masyarakat.
Sehingga akan menjadi sebuah tindakan yang tidak rasional apabila kebijakan
pemerintah tersebut masih menggunakan analogi kacamata kuda dalam merasionalkan
tindakannya.
Dengan demikian, dalam kaitannya
dengan rasionalitas tindakan pembuatan kebijakan publik, tidak semata-mata
didasarkan pada efisiensi anggaran semata. Sebagaimana dinyatakan di awal bahwa
kebijakan publik haruslah sampai pada akar permasalahan publik sehingga dapat
menjadi solusi. Memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya, dala kaitannya
dengan rasionalitas pemilihan tindakan tersebut harus memperhatikan berbagai
macam aspek dan bukan hanya tergantung pada kepentingan pribadi saja. Sebagai
contoh adalah opsi kenaikan harga BBM. Dari aspek ekonomi makro, kenaikan ini
akan mempertahankan anggaran dengan asumsi subsidi dikurangi atau tetap
sehingga tidak mengganggu alokasi anggaran yang lain. Namun demikian dampak
sosial yang terjadi, seperti halnya tindakan anarkis para demonstran, justru
akan semakin membuat cost yang semakin tinggi. Kenaikan harga
BBM yang diikuti dengan naiknya sejumlah kebutuhan publik akan menyebabkan daya
beli masyarakat menjadi rendah sehingga akan meyebabkan kemiskinan struktural
dimana-mana. Seharusnya kenaikan harga minyak dunia harus diimbangi dengan
naiknya subsidi. kenaikan subsidi bisa diambilkan dari pemotongan anggaran
tunjangan anggota dewan dan bukan dengan memotong anggaran yang dimiliki oleh
kementrian. Memotong anggaran kementrian sama halnya dengan membatasi ruang
gerak eksekutif dalam melaksanakan agenda pembangunan.Subsidi BBM adalah hal yang paling rasional apabila kita melihat
permasalahan bangsa ini. Dengan catatan bahwa yang dapat menikmati subsidi
tersebut adalah benar-benar rakyat yang tidak mampu. Pemberian BLT hanya akan
mendidik rakyat menjadi pasif dan tidak berkembang.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Teori pilihan rasional adalah
sebuah konsep yang menjelaskan bagaimana memilih tindakan yang dapat
memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka
atau dengan kata lain memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir biaya.
Meskipun teori ini berakar pada ilmu ekonomi, namun dalam perkembangannya teori
ini dapat digunakan untuk mejelaskan fenomena yang terjadi pada berbagai macam
disiplin ilmu termasuk di dalamnya bagaimana menjelaskan sebuah pilihan
tindakan yang dilakukan oleh birokrasi dalm perumusan kebijakan publik.
Birokrasi yang baik adalah
birokrasi yang mampu menghadirkan kemanfaatan bagi publik melalui
kebijakan-kebijakan publik yang unggul. Sehingga rasionalitas pola pikir
manajer tertinggi dalam sebuah birokrasi akan sangat menentukan ragam kebijakan
yang dihasilkannya. Dan yang terpenting adalah bahwa setiap pilihan rasional
yang diambil bukan hanya semata-mata dihadapkan pada pemenuhan kepentingan
pribadi semata tetapi juga harus mampu mencakup semua aspek-aspek strategis
yang menentukan kemajuan atau kemunduran dari sebuah sistem publik. Dengan
demikian pilihan rasional dari sebuah pemilihan tindakan birokrasi akan sangat
ditentukan oleh rasionalitas seperti apa yang dimiliki oleh pimpinan birokrasi
tersebut.
Daftar Pustaka
Adiyanta, Susil., Makalah Teori Pilihan Rasional
(Alternatif Metode Penjelasan Dan Pendekatan Penelitian Hukum Empiris)
,Undip, 2007
Coleman, James S, Dasar-Dasar Teori Sosial, Bandung :
Nusa Media, 2008.Rational Choice Theory, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar