Rabu, 12 Juli 2017

teori pilihan rasional



TEORI ILMU POLITIK
TEORI PILIHAN RASIONAL


DI SUSUN OLEH : JUJUN TRIUS (1627020054)

DOSEN PEMBIMBING :ALVA BERLIANSYAH,S.IP,M.IP



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU POLITIK
TAHUN 2017




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori pilihan rasional, kadang disebut teori pilihan atau teori tindakan rasional, adalah kerangka pemikiran untuk memahami dan merancang model  perilaku sosial dan ekonomi. Asumsi dasar teori pilihan rasional adalah seluruh  perilaku sosial disebabkan oleh perilaku individu yang masing-masing membuat keputusannya sendiri. Teori ini berfokus pada penentu pilihan individu (individualisme metodologis).
Dalam teori pilihan rasional, individu didorong  oleh keinginan atau tujuan yang mengungkapkan “preferensi”. "mereka bertindak dengan spesifik, mengingat kendala dan atas dasar informasi yang mereka miliki tentang kondisi di mana mereka bertindak. paling sederhana, hubungan antara preferensi dan kendala dapat dilihat dalam istilah-istilah teknis yang murni dari hubungan dari sebuah sarana untuk mencapai tujuan. karena tidak mungkin bagi individu untuk mencapai semua dari berbagai hal-hal yang mereka inginkan, mereka juga harus membuat pilihan dalam kaitannya dengan tujuan mereka berdua dan sarana untuk mencapai tujuan-tuuan ini. Teori pilihan rasional berpendapat bahwa individu harus mengantisipasi hasil alternatif tindakan dan menghitung bahwa yang terbaik untuk mereka. rasional individu memilih alternatif yang akan memberi mereka kepuasan terbesar.

 RUANG LINGKUP MASALAH
Masalah yang akan diuraikan mencakup :

a.       Apa itu Teori Pilihan Rasional?
b.      landasan teori pilihan rasional
c.       teori pilihan rasional coleman
d.      Contoh Kasus teori pilihan rasional 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.aPENGERTIAN TEORI PILIHAN RASIONAL
Pilihan rasional adalah teori ekonomi Neo Klasik yang diterapkan pada sektor publik. Dia mencoba membangun jembatan antar ekonomi mikro dan politik dengan melihat tindakan warga negara, politisi, dan pelayan publik sebagai analogi terhadap kepentingan pribadi produsen dan konsumen (Buchanan 1972).
Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) sering pula disebut sebagai teori tindakan rasional (Rational Action Theory) Teori ini pada awalnya berpengaruh kuat pada analisis-analisis ekonomi, tetapi kemudian diadopsi pula oleh sosiologi, psikologi, dan ilmu politik bahkan ilmu humaniora. Meskipun teori pilihan rasional ini awalnya berakar pada sosiologi Max Weber, tetapi di dalam sosiologi populer sekitar tahun 1990-an, mulai masuk ke dalam Asosiasi Sosiologi Amerika setelah munculnya penerbitan Jurnal Rationality and Society pada tahun 1989 dan berdirinya Seksi Pilihan Rational (Rational Choice Section) pada tahun 1994 di negara tersebut.
Dalam penggolongan Poloma (2000) Teori Pilihan Rasional ada pada pespektif sosiologi naturalistik, yaitu bagian penggunaan matematika dalam teori sosiologi; sedangkan di dalam penggolongan Haralambos dan Holborn (2000: 1031-1079) tidak dimasukkan, baik pada perspektif struktural, tindakan sosial maupun pada penyatuan pendekatan struktural dan tindakan sosial. Sumber lain menyebutkan bahwa, teori pilihan rasional memang masuk ke dalam kelompok teori sosiologi naturalistik. Akan tetapi, teori ini memiliki kesempatan dalam sosiologi evaluatif, karena dapat digunakan untuk pengukuran pengambilan kebijakan.  


2.1.b TEORI PILIHAN RASIONAL COLEMAN
Coleman berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada sistem sosial, tetapi fenomena makro tersebut harus dijelaskan oleh factor-faktor internal kepada mereka, secara prototipikal individual. Dia menyukai bekerja di tingkat ini karena beberapa alasan, termasuk fakta bahwa data biasanya dikumpulkan pada tingkat individu dan kemudian dikumpulkan atau disusun untuk menghasilkan tingkat system itu. Di antara alasan-alasan lain untuk mendukung fokus pada tingkat individu adalah bahwa ini adalah tempat dimana "intervensi" biasa dilakukan untuk menciptakan perubahan-perubahan sosial. Sebagaimana akan kita lihat, pusat dari perspektif Coleman adalah gagasan bahwa teori sosial tidak hanya merupakan latihan akademis tetapi harus mempengaruhi dunia sosial melalui "intervensi" semacam itu.
   Mengingat fokus pada individu, Coleman mengakui bahwa ia adalah seorang individualismetodologis, meskipun ia melihat perspektif tertentu sebagai varian "khusus" dari orientasi itu. Pandangannya adalah khusus dalam arti bahwa ia menerima ide kemunculan dan bahwa meskipun berfokus pada factor-faktor internal pada system itu, faktor-faktor tersebut belum tentu tindakan dan orientasi individu.
 
          Sebagai ahli teori pilihan rasional, Coleman memulai dengan individu dan gagasan bahwa semua hak dan sumber daya ada pada tingkat ini. Kepentingan individu menentukan jalannya peristiwa. Namun, hal ini tidak benar, terutama dalam masyarakat modern, dimana "sebagian besar hak-hak dan sumber daya, dan oleh karena itu kedaulatan, mungkin berada di aktor korporasi". (Coleman, 1990:531). Dalam aktor perusahaan dunia modern telah mengambil kepentingan yang meningkat. Aktor korporasi dapat bertindak kepada manfaat atau kerugian individu.

2.1.c. LANDASAN TEORI PILIHAN RASIONAL
Dasar untuk semua bentuk teori pilihan rasional adalah asumsi bahwa fenomena sosial yang kompleks dapat dijelaskan dalam kerangka dasar tindakan individu di mana mereka tersusun. Sudut pandang ini, yang disebut metodologi individualisme, menyatakan bahwa:'Unit elementer kehidupan sosial adalah tindakan individu. Untuk menjelaskan lembaga sosial dan perubahan sosial adalah untuk menunjukkan bagaimana mereka timbul sebagai akibat dari aksi dan interaksi individu.
Teori-teori ekonomi telah prihatin dengan cara-cara produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa adalah uang yang diselenggarakan melalui mekanisme pasar, teori pilihan rasional berpendapat bahwa prinsip-prinsip umum yang sama dapat digunakan untuk memahami interaksi di mana sumber daya seperti waktu, informasi, persetujuan, dan prestise yang terlibat.
Dalam teori pilihan rasional, individu didorong oleh keinginan atau tujuan yang mengungkapkan 'preferensi'. Mereka bertindak dengan spesifik, mengingat kendala dan atas dasar informasi yang mereka miliki tentang kondisi di mana mereka bertindak. Paling sederhana, hubungan antara preferensi dan kendala dapat dilihat dalam istilah-istilah teknis yang murni dari hubungan dari sebuah sarana untuk mencapai tujuan. Karena tidak mungkin bagi individu untuk mencapai semua dari berbagai hal-hal yang mereka inginkan, mereka juga harus membuat pilihan dalam kaitannya dengan tujuan mereka berdua dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Teori pilihan rasional berpendapat bahwa individu harus mengantisipasi hasil alternatif tindakan dan menghitung bahwa yang terbaik untuk mereka. Rasional individu memilih alternatif yang akan memberi mereka kepuasan terbesar.
Individualisme metodologis teori pilihan rasional membuat mereka mulai keluar dari tindakan-tindakan individu dan untuk melihat semua fenomena sosial lainnya untuk direduksi tindakan individu tersebut. Namun bagi Homans,  itu juga perlu untuk melihat tindakan individu sebagai reduksi sebagai tanggapan psikologis. Posisi ini dibenarkan dengan alasan bahwa prinsip-prinsip pilihan rasional dan pertukaran sosial hanyalah ekspresi dari prinsip-prinsip dasar perilaku psikologi. Sementara banyak ahli teori pilihan rasional lainnya telah menolak klaim ini  dan Homans sendiri datang menganggap kurang penting.
Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktor pun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan.

2.1.d. KRITIK TEORI PILIHAN RASIONAL
           Meskipun keseimbangan yang tampak ini, paling tidak ada tiga kelemahan utama dalam pendekatan Coleman. Pertama, dia menyelaraskan prioritas yang besar sekali kepada issue mikro-ke-makro, dengan demikian memberikan sedikit perhatian pada hubungan lainnya. Kedua, ia mengabaikan issue/masalah makro-makro. Akhirnya, panah-panah lepasnya hanya masuk dalam satu arah, dengan kata lain, ia mengabaikan hubungan dialektis antara dan di            antara  fenomena        mikro   dan      makro.
Menggunakan pendekatan pilihan rasional-nya, Coleman menjelaskan serangkaian fenomena tingkat makro. Posisi dasarnya adalah bahwa para teoretikus perlu menjaga konsepsi aktor mereka agar tetap konstan dan bangkit dari citra variatif konstanta mikro dari fenomena tingkat makro. Dengan cara ini, perbedaan dalam fenomena makro bisa dilacak ke arah struktur yang berbeda dari hubungan di tingkat makro dan bukan kepada variasi pada tingkat mikro. norma-norma rasionalitas yang ideal tidak cocok dengan kehidupan sehari-hari dan norma-norma rasionalitas dan emosionalitas yang mengatur kegiatan aktual dari interaksi individu. Teori pilihan rasional telah membatasi kepentingan untuk teori sosial kontemporer. Skema kehidupan kelompoknya dan gambarnya atas manusia, tindakan, interaksi, diri, gender, emosionalitas, kekuatan, bahasa, ekonomi politik terhadap kehidupan sehari-hari, dan sejarah, adalah yang amat sempit dan benar-benar tidak memadai untuk tujuan interpretatif.
 Sebagian besar yang beroperasi dari perspektif penafsiran yang luas akan menerima kritikkuatnya
Denzin tentang  teori     pilihan rasional.
Akhirnya, walaupun banyak kritik lain dapat digambarkan, kita dapat menyebutkan argumen Smelser (1992) yang seperti perspektif teori lain, teori pilihan rasional telah merosot sebagai akibat dari evolusi internal atau tanggapan atas kritik eksternal. (Smelser, 1992:400).

2.1.e. CONTOH KASUS TEORI PILIHAN RASIONAL
Misalnya dalam menaikkan harga BBM di kala harga minyak dunia semakin melambung akibat adanya ketegangan geo-politik antara Amerika dan Iran di teluk. Opsi kenaikan harga BBM akan menyebabkan subsidi ikut naik sehingga memotong subsidi dianggap sebagai pilihan rasional dalam menghadapi permasalahan naiknya harga minyak dunia tersebut. Namun apakah rasionalitas tersebut kemudian tidak memperhatikan dampak sosial yang lain? Bisa kita lihat, harga BBM yang masih direncanakan akan naik per 1 April 2015 itu sudah membawa ketidak-kondusifan dalam masyarakat. Banyak harga bahan pokok yang sudah naik duluan bahkan di beberapa tempat harga BBM sengaja dinaikkan dengan alasan kelangkaan. Berbagai kekacauan akibat demonstrasi massa penolakan kenaikan harga BBM juga menjadi pemandangan yang akrab dilihat oleh masyarakat. Sehingga akan menjadi sebuah tindakan yang tidak rasional apabila kebijakan pemerintah tersebut masih menggunakan analogi kacamata kuda dalam merasionalkan tindakannya.
Dengan demikian, dalam kaitannya dengan rasionalitas tindakan pembuatan kebijakan publik, tidak semata-mata didasarkan pada efisiensi anggaran semata. Sebagaimana dinyatakan di awal bahwa kebijakan publik haruslah sampai pada akar permasalahan publik sehingga dapat menjadi solusi. Memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya, dala kaitannya dengan rasionalitas pemilihan tindakan tersebut harus memperhatikan berbagai macam aspek dan bukan hanya tergantung pada kepentingan pribadi saja. Sebagai contoh adalah opsi kenaikan harga BBM. Dari aspek ekonomi makro, kenaikan ini akan mempertahankan anggaran dengan asumsi subsidi dikurangi atau tetap sehingga tidak mengganggu alokasi anggaran yang lain. Namun demikian dampak sosial yang terjadi, seperti halnya tindakan anarkis para demonstran, justru akan semakin membuat cost yang semakin tinggi. Kenaikan harga BBM yang diikuti dengan naiknya sejumlah kebutuhan publik akan menyebabkan daya beli masyarakat menjadi rendah sehingga akan meyebabkan kemiskinan struktural dimana-mana. Seharusnya kenaikan harga minyak dunia harus diimbangi dengan naiknya subsidi. kenaikan subsidi bisa diambilkan dari pemotongan anggaran tunjangan anggota dewan dan bukan dengan memotong anggaran yang dimiliki oleh kementrian. Memotong anggaran kementrian sama halnya dengan membatasi ruang gerak eksekutif dalam melaksanakan agenda pembangunan.Subsidi BBM adalah hal yang paling rasional apabila kita melihat permasalahan bangsa ini. Dengan catatan bahwa yang dapat menikmati subsidi tersebut adalah benar-benar rakyat yang tidak mampu. Pemberian BLT hanya akan mendidik rakyat menjadi pasif dan tidak berkembang. 

BAB III
PENUTUP

1.     KESIMPULAN
Teori pilihan rasional adalah sebuah konsep yang menjelaskan bagaimana memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka atau dengan kata lain memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir biaya. Meskipun teori ini berakar pada ilmu ekonomi, namun dalam perkembangannya teori ini dapat digunakan untuk mejelaskan fenomena yang terjadi pada berbagai macam disiplin ilmu termasuk di dalamnya bagaimana menjelaskan sebuah pilihan tindakan yang dilakukan oleh birokrasi dalm perumusan kebijakan publik.
Birokrasi yang baik adalah birokrasi yang mampu menghadirkan kemanfaatan bagi publik melalui kebijakan-kebijakan publik yang unggul. Sehingga rasionalitas pola pikir manajer tertinggi dalam sebuah birokrasi akan sangat menentukan ragam kebijakan yang dihasilkannya. Dan yang terpenting adalah bahwa setiap pilihan rasional yang diambil bukan hanya semata-mata dihadapkan pada pemenuhan kepentingan pribadi semata tetapi juga harus mampu mencakup semua aspek-aspek strategis yang menentukan kemajuan atau kemunduran dari sebuah sistem publik. Dengan demikian pilihan rasional dari sebuah pemilihan tindakan birokrasi akan sangat ditentukan oleh rasionalitas seperti apa yang dimiliki oleh pimpinan birokrasi tersebut.
 

 
Daftar Pustaka
Adiyanta, Susil., Makalah Teori Pilihan Rasional (Alternatif  Metode Penjelasan Dan Pendekatan Penelitian Hukum Empiris) ,Undip, 2007
Coleman, James S, Dasar-Dasar Teori Sosial, Bandung : Nusa Media, 2008.Rational Choice Theory, 1994.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar